Apa Itu Sains?
www.socineer.com
Topik ini selalu menarik karena banyaknya penggunaan argumen-argumen saintifik dalam bidang praktis, termasuk bidang kebijakan sosial dan politik. Misalnya, untuk melegatimasi kebijakan praktis tertentu, pembuat keputusan menunjang kebijakannya dengan hasil-hasil penelitian sains. Apakah dengan mencuplik satu bagian dari hasil penelitian itu bisa dikatakan saintifik? Apakah dengan menambahkan angka-angka, rumus-rumus, dan prosedur-prosedur teknik dan sains dalam suatu opini bisa dikatakan saintifik? Pertanyaan bisa diteruskan lagi, apakah semua penelitian atas nama sains itu saintifik? Tentunya akhirnya kita bertanya, apa pula arti sebenarnya dari saintifik.
Matematika, Sains, dan Enjinering
Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita lihat perbedaan antara matematika, sains dan enjinering (engineering). Matematika adalah disiplin yang swa-definisi. Bidang itu mendefinisikan kebenarannya sendiri, dan hanya perlu berkutat dengan asumsi-asumsi yang dia ciptakan sendiri. Artinya, bidang itu berorientasikan ke dalam. Ini jangan disalah-artikan bahwa matematikawan hanya bekerja di bidang matematika dan tidak punya minat dalam bidang lain. Sebaliknya, banyak sekali matematikawan yang mencari permasalahan dalam bidang lain untuk diselesaikan dengan matematika. Yang dimaksudkan dengan swa-definisi di atas adalah validasi atas dalil matematika. Semua dalil-dalil matematik itu berasal dari hasil deduksi dan pembuktian dari dalil-dalil sebelumnya. Kalau diurut-urut, semua akhirnya bermula dari definisi-definisi yang diciptakan dalam bidang matematika sendiri. Dengan demikian, sudah tentu kita bisa sebut dalil-dalil matematika eksak, karena hanya berpegangan dari apa yang didefinisikan sendiri dari cabang ilmu tersebut. Kata "eksak" disini berkonotasi bahwa dalil-dalil itu hanya perlu dibuktikan dengan definisi-definisi yang diciptakan secara internal, bukan dari hasil pengamatan dari pengalaman manusia1.
Sains itu berbeda dengan matematika. Sains tidak mendefinisikan kebenaran sendiri, tetapi harus selalu mencocokkan kesimpulannya dengan hasil pengamatan di alam. Jika pada matematika validasi teori itu datang dari dalam, validasi dalam sains itu datang dari luar. Dalam hal ini sains dikatakan tidak pernah mencapai tingkat "eksak" atau "absolut" karena hal itu tidak mungkin. Sesuatu yang didefinisikan dari luar tidak akan pernah mencapai tingkat tersebut, karena itu sudah diluar daerah pengaruhnya. Sains itu tunduk pada alam, bukan sebaliknya2.
Enjinering, berbeda dengan keduanya. validasi dalam enjinering itu bukan berorientasi ke dalam atau ke luar, tetapi berorientasi pada tujuan sang insinyur atau manusia pengambil keputusan. Sesuatu dikatakan sahih itu jika sesuai dengan tujuan sang insinyur. Karena titik tolak enjinering ada pada manusia, maka enjinering bisa dikatakan bisa mencapai absolut atau eksak secara relatif, yaitu absolut dari segi pandang yang sang pengambil keputusan ( dikatakan relatif, karena tentunya pandangan seseorang individu bisa berbeda dengan pandangan individu lain). Dan secara praktis, tentunya tujuan yang bisa dicapai sang insinyur itu dibatasi oleh kemampuan teknologi, budget, dan faktor lingkungan lainnya. Tujuan dengan memperhatikan pembatasan itu kemudian dinyatakan dalam dokumen spesifikasi. Jika sesuatu metoda atau produk memenuhi spesifikasi yang diinginkan, dikatakan lulus atau sahih3.
Secara sederhana kita bisa lihat bahwa:
matematika | validasi dari dalam |
sains | validasi dari luar |
enjinering | validasi dari perancang |
Semua bidang diatas kita sebut bidang-bidang positif, karena semuanya melalui proses pengambilan kesimpulan logis, baik dari self-defined axioms, maupun dari pengamatan yang terjadi di alam.
Apa Itu Saintifik?
Apa yang kita bisa sebut sebagai saintifik4? Ini bukan sesuatu dengan dalil hitam putih. Lebih baik kita pandang saintifik dalam satu garis spectrum, dari yang sama sekali tidak saintifik sampai yang saintifik penuh. Dan teori-teori ada di antara kedua ujung spectrum tersebut.
Tolok ukur utama bahwa sesuatu dikategorikan saintifik adalah, tentu saja, bahwa itu berdasarkan sains. Dan sains, seperti yang sudah dibicarakan diatas, selalu mengambil validasi dari alam. Hakim terakhir sains adalah alam. Alam adalah tolok ukur utama dari penilaian saintifik ini. Alam yang dimaksud disini adalah semua hal yang ada di alam raya, termasuk di dalamnya manusia dan hubungan antar manusia. Dari sebab itu, ilmu-ilmu seperti sosiologi, antropologi, dan psikologi yang sekarang menerapkan metoda eksperimental, juga mulai bisa dikategorikan dalam rumusan saintifik, karena eksperimen itu berdasarkan atas pengamatan hal yang terjadi di alam (manusia dan masyarakat termasuk bagian dari alam yang bisa diamati).
Bagaimana kita menilai sesuatu itu saintifik atau tidak? Prasyarat utama tentunya objek yang dibicarakan ada di alam dan bisa diukur, baik secara langsung maupun tak langsung. Dan kemudian setelah diambil kesimpulan, apakah hasil itu saintifik? Tanpa masuk dalam rumusan baku, secara sederhana, ada dua karakteristik yang harus diteliti, yaitu:
- Kemampuan untuk menerangkan (explanatory).
- Kemampuan untuk memprediksi (prediction).
Kemampuan explanatory adalah kemampuan untuk menerangkan sesuatu fenomena secara kausatif, dari hubungan sebab-akibat. Misalnya, pakaian basah sewaktu dijemur di terik matahari akan kering. Bagaimana cara menerangkan hal tersebut? Keterangan sederhana dari hubungan sebab akibat adalah, bahwa panas dari matahari memanaskan air yang terdapat dari pakaian basah tersebut, dan naiknya suhu air itu menyebabkan molekul-molekul air terlepas ke udara menjadi uap. Proses ini berlangsung terus menerus sampai pakaian itu menjadi kering.
Kemampuan prediksi adalah kemampuan untuk meramalkan sesuatu yang belum terjadi atau belum diketahui dari kerangka teori atau hipotesa bersangkutan. Prediksi ini harus bisa dibuktikan lewat eksperimen.
Sesuatu yang tidak punya kemampuan menerangkan ataupun prediksi kita namakan tidak saintifik. Dan sesuatu yang bisa menerangkan dengan baik sekali dan memprediksi dengan tepat, kita namakan benar saintifik. Tetapi dalam prakteknya, banyak teori maupun hipotesa yang ada di antara kedua kutub tersebut. Disinilah kita harus menilai, mana yang lebih saintifik daripada yang lain.
Apa itu Tidak Saintifik (Unscientific)?
Jika seseorang mengajukan teori, bahwa misalnya, besi bisa berubah jadi emas jika diberikan jampi-jampi tertentu. Apakah ini saintifik? Pertama, teori ini gagal menerangkan dalam hubungan kausatif, bagaimana caranya jampi-jampi bisa mengubah besi jadi emas. Jadi teori ini tidak punya kemampuan menerangkan. Kedua, teori ini gagal secara eksperimental untuk mengubah besi menjadi emas. Jadi artinya, teori ini tidak punya kemampuan prediksi. Jadi dengan mudah bisa dikatakan teori ini tidak saintifik.
Bagaimana sesuatu yang punya kemampuan prediksi kuat, tetapi tidak bisa diterangkan? Misalnya, seorang tukang ramal, ternyata hasil ramalannya benar terus, tetapi dia tidak bisa menerangkan dari hubungan sebab akibat, bagaimana hasil ramalannya bisa tepat seperti itu. Maka ini juga tidak saintifik. Tetapi untuk kebutuhan praktis, ini tentu bermanfaat, walaupun tidak saintifik.
Bagaimana sesuatu yang punya kemampuan menerangkan, tetapi gagal memprediksi? Kita namakan juga tidak saintifik, atau lebih tepatnya, teori yang gagal. Misalnya, ada orang mencoba menerangkan bahwa dunia ini akan kiamat pada suatu hari tertentu. Dia menerangkan panjang lebar dengan segala hubungan sebab akibat, dengan segala kutipan dari semua bahan yang ada, dan semuanya ditulis dalam buku tebal. Ternyata ketika hari datang, kehidupan berjalan normal, kiamat belum datang. Teorinya gagal untuk mencapai level saintifik (tetapi kalaupun teori itu berhasil meramal, mungkin tidak ada orang yang peduli soal saintifik atau tidak teori tersebut dalam hiruk pikuk hari kiamat).
Selain hal-hal yang jelas tidak saintifik seperti di atas, sebuah teori atau hipotesa bisa punya nilai saintifik, tetapi kadarnya bisa berlainan, tergantung seberapa besar dia bisa menerangkan secara kausatif, dan seberapa besar dia bisa memprediksi.
Survei: Perangkap Pseudo-Saintifik
Salah satu jenis penelitian yang berpotensi punya nilai saintifik kecil adalah jenis riset yang dilakukan berdasarkan survei atau polling. Untuk kasus ekstrim, bisa dikatakan bahwa nilai saintifiknya hanyalah bersifat pseudo-saintifik, tetapi ini tidak sering terjadi, hanya terjadi jika penelitinya benar-benar kacau.
Ada seorang peneliti hendak meneliti hubungan antara fakta A dan B. Secara statistik, hubungan antara data bisa dilihat dari hubungan korelasi. Benar, ini belum tentu saintifik. Perangkap itu disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Misalnya, ada penelitian untuk melihat apakah wanita atau pria tidur lebih lama. Lalu mendapatkan hasilnya bahwa 52% pria tidur lebih lama daripada wanita. Apakah hasil itu saintifik? Tergantung dari apakah dia bisa menerangkan hubungan kausatif antara gender dan tidur? Semakin bagus sang peneliti bisa menerangkan hubungan ini, semakin saintifik hasilnya. Jika dia mendapatkan hasil hanya dari coba-coba belaka, trial and error, maka itu tidak lebih salah satu temuan datamining. Ini tidak berarti temuan seperti tidak ada gunanya. Banyak yang berguna secara praktis, tetapi tidak saintifik. Bahkan sekarang ada cabang ilmu komputer yang digunakan khusus untuk menemukan hubungan yang tidak disadari oleh para peneliti, namanya DATAMINING. Informasi hasil datamining itu kemudian menjadi masukan bagi peneliti untuk menemukan faktor-faktor yang bisa diteliti lebih lanjut. Tetapi informasi itu sendiri tidak saintifik. Informasi itu baru saintifik ketika didukung oleh penjelasan yang kuat tentang hubungan kausatif antar faktor.
Last Revised:Jan 05, 2006
Copyright © 2006 socineer.com
Lihat: Salin Ulang & Redistribusi